[24/3 17.39] 082334965148
Imam muslim berkata, hukum asal hadits mursal itu bukan hujjah menurutnya.
Ibnu sholah: apa yang aku katakan bahwa hadits mursal itu dzoif: merupakan pendapat yang jelas diusung oleh para pendekah huffadz dan dukun dukun atsar sebagaimana berlalu lalang di banyak kitab karangan mereka.
Mereka beralasan: bahwa majhulnya rowi penghubung dari khobar yang ia bawa dan sampai kepadanya, yang mana rowi gugur itu belum jelas identitas apakah ia sahabat ataupun tabiin.
Adapun ihtimal kedua adalah: rowi yang gugur itu juga bisa saja tsiqoh ataupun dzoif.
Khotib albaghdaady: kami memilih tidak berhujjah dengan hadits mursal berkenaan dengan amaliah penting, karena hadits mursal itu berkonsekwensi menjadikan satu riwayat itu memastikan majhulnya rowi.
Sedang merupakan kaidah yang pakem, bahwa satu khobar itu tidak boleh diterima kecuali dari orang yang jelas identitas keadilannya.
Karena majhulnya rowi mursal itulah berimbas pada tidak layaknya terdeteksi keadilan rowi yang jadi sarat maqbuul itu.
Logika yang jelas, jika penerima hadits mursal tadi adalah seorang yang adil, saat ditanya " dari siapa anda menerima hadits itu?", tentu secara umum ia tidak berani mentakdil rowi yg mursal tadi. Bagaimana mentakdil wong identitasnya saja tidak jelas.
Kecuali ada sumber lain yang memang bisa digunakkan untuk mentakdil kondisinya. Jika tidak, maka kembali pada kaidah umum akan ketertolakannya.
Dan tidak bisa untuk hujjah beramal tentunya.
Ibnu hajjar: hadits mursal masul bagian hadits marduud disebabkan oleh blurnya keadaan rowi yang terbuang itu.
Bisa jadi yang terbuang itu adalah sahabat atau juga tabiin. Selanjutnya juga ihtimalnya rowi yang terbuang antara tsiqqoh dan dzoif. Kedua, bahkan rowi yang terbuang itupun juga masih disangsikan, apakah khobar yang ia bawa itu didapat dari sahabat, atau bahkan dari tabiin juga.
Barokallah lanaa wa lakum.
Bersambung.
Halaman: 76.
ﻗﺎﻝ اﻻﻣﺎﻡ ﻣﺴﻠﻢ - ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ -: ((ﻭاﻟﻤﺮﺳﻞ ﻓﻲ ﺃﺻﻞ ﻗﻮﻟﻨﺎ ﻭﻗﻮﻝ ﺃﻫﻞ
اﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻻﺧﺒﺎﺭ ﻟﻴﺲ ﺣﺠﺔ)) (¬1) .
ﻭﻗﺎﻝ اﺑﻦ اﻟﺼﻼﺡ: (ﻭﻣﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ﻣﻦ ﺳﻘﻮﻁ اﻻﺣﺘﺠﺎﺝ ﺑﺎﻟﻤﺮﺳﻞ ﻭاﻟﺤﻜﻢ ﺑﻀﻌﻔﻪ ﻫﻮ اﻟﺬﻱ اﺳﺘﻘﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﺁﺭاء ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺣﻔﺎﻅ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﻧﻘﺎﺩ اﻷﺛﺮ ﻭﺗﺪاﻭﻟﻮﻩ ﻓﻲ ﺗﺼﺎﻧﻴﻔﻬﻢ) (¬2)
ﻭﺣﺠﺘﻬﻢ: ﻫﻮ ﺟﻬﺎﻟﺔ اﻟﻮاﺳﻄﺔ اﻟﺘﻲ ﺭﻭﻯ اﻟﻤﺮﺳﻞ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻋﻨﻪ، اﺫ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ اﻟﺴﺎﻗﻂ ﺻﺤﺎﺑﻴﺎ ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺗﺎﺑﻌﻴﺎ. ﻭﻋﻠﻰ اﻻﺣﺘﻤﺎﻝ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺛﻘﺔ ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻏﻴﺮ ﺛﻘﺔ؛ ﻗﺎﻝ اﻟﺨﻄﻴﺐ اﻟﺒﻐﺪاﺩﻱ: ((ﻭاﻟﺬﻱ ﻧﺨﺘﺎﺭﻩ ﺳﻘﻮﻁ ﻓﺮﺽ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﻤﺮﺳﻞ، ﻭاﻥ اﻟﻤﺮﺳﻞ ﻏﻴﺮ ﻣﻘﺒﻮﻝ، ﻭاﻟﺬﻱ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ: ﺃﻥ اﺭﺳﺎﻝ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻳﺆﺩﻱ اﻟﻰ اﻟﺠﻬﻞ ﺑﻌﻴﻦ ﺭاﻭﻳﻪ، ﻭﻳﺴﺘﺤﻴﻞ اﻟﻌﻠﻢ ﺑﻌﺪاﻟﺘﻪ ﻣﻊ اﻟﺠﻬﻞ ﺑﻌﻴﻨﻪ، ﻭﻗﺪ ﺑﻴﻨﺎ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻗﺒﻮﻝ اﻟﺨﺒﺮ اﻻ ﻣﻤﻦ ﻋﺮﻓﺖ ﻋﺪاﻟﺘﻪ، ﻓﻮﺟﺐ ﻛﺬﻟﻚ ﻛﻮﻧﻪ ﻏﻴﺮ ﻣﻘﺒﻮﻝ، ﻭﺃﻳﻀﺎ ﻓﺎﻥ اﻟﻌﺪﻝ ﻟﻮ ﺳﺌﻞ ﻋﻤﻦ ﺃﺭﺳﻞ؟ ﻓﻠﻢ ﻳﻌﺪﻟﻪ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺨﺒﺮﻩ اﺫا ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﻌﺮﻭﻑ اﻟﻌﺪاﻟﺔ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﻏﻴﺮﻩ، ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺣﺎﻟﻪ اﺫا اﺑﺘﺪﺃ اﻻﻣﺴﺎﻙ ﻋﻦ ﺫﻛﺮﻩ ﻭﺗﻌﺪﻳﻠﻪ؛ ﻻﻧﻪ ﻣﻊ اﻻﻣﺴﺎﻙ ﻋﻦ ﺫﻛﺮﻩ ﻏﻴﺮ ﻣﻌﺪﻝ ﻟﻪ ﻓﻮﺟﺐ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻘﺒﻞ اﻟﺨﺒﺮ ﻋﻨﻪ)) (¬3) .
ﻭﻗﺎﻝ اﻟﺤﺎﻓﻆ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﺫﻛﺮ اﻟﻤﺮﺳﻞ ﻓﻲ ﺃﻧﻮاﻉ اﻟﻤﺮﺩﻭﺩ: ((ﻭاﻧﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻓﻲ ﻗﺴﻢ اﻟﻤﺮﺩﻭﺩ ﻟﻠﺠﻬﻞ ﺑﺤﺎﻝ اﻟﻤﺤﺬﻭﻑ ﻷﻧﻪ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺻﺤﺎﺑﻴﺎ ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺗﺎﺑﻌﻴﺎ ﻭﻋﻠﻰ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺿﻌﻴﻔﺎ ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺛﻘﺔ، ﻭﻋﻠﻰ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﻤﻞ ﻋﻦ ﺻﺤﺎﺑﻲ، ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﻤﻞ ﻋﻦ ﺗﺎﺑﻌﻲ،
¬_________
(¬1) ﻣﻘﺪﻣﺔ ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ ﻫﺎﻣﺶ اﻟﻨﻮﻭﻱ 1/112، ﻭﻧﻘﻠﻪ ﻋﻨﻪ اﺑﻦ اﻟﺼﻼﺡ ﻓﻲ ﻋﻠﻮﻡ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺻ49-50.
(¬2) ﻋﻠﻮﻡ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺻ49، ﻭﻧﻘﻠﻪ ﻋﻨﻪ اﺑﻦ ﻛﺜﻴﺮ ﻓﻲ اﺧﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻮﻡ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺻ48.
(¬3) اﻟﻜﻔﺎﻳﺔ ﺻ387.
[24/3 18.44] +62 856-4503-6194: Muara ini semua adalah menjadi hujjah dan tidaknya hadits tersebut,,
Yang menjadi pertanyaan adalah
1. Hujjah itu dibuat apa oleh para muhadditsin??
Jika dijawab sbg hujjah Ilmu dan atau Amal, maka :
2. Jika sbg hujjah amal maka jika berkenaan dgn hukum (bukan fadloil) apakah muhadditsin mempunyai metode tersendiri dlm menententukan sebuah hukum sehingga seakan berupa suatu madzhab khusus??
Jika dijawab iya, maka mengapa madzhab muhadditsin hanya berada pada tahap maqbul dan mardud saja?? Tdk berkelanjutan dgn teory aplikasi pada hujjah tersebut?
[24/3 19.22] +62 858-5257-0223: فمن شاهدَ أصحاب رسول الله من التابعين، فحدَّث حديثاً منقطعاً عن النبي: اعتُبر عليه بأمور:
منها: أن ينظر إلى ما أَرسل من الحديث، فإن شَرِكَه فيه الحفاظ المأمونون، فأسندوه الى رسول الله بمثل معنى ما روى: كانت هذه دلالةً على صحة مَن قبل عنه وحفظه.
وإن انفرد بإرسال حديث لم يَشركه فيه من يُسنده قُبِل ما ينفرد به من ذلك.
ويعتبر عليه بأن ينظر: هل يوافقه مرسِل غيره ممن قُبل العلم عنه من غير رجاله الذين قُبل عنهم؟
فإن وُجد ذلك كانت دلالةً يَقوى له مرسلُه، وهي أضعف من الأولى.
وإن لم يُوجَد ذلك نُظر إلى بعض ما يُروى عن بعض أصحاب رسول الله قولاً له، فإن وُجد يُوافق ما روى عن رسول الله كانت في هذه دلالةٌ على أنه لم يأخذ مرسَلَه إلا عن أصل يصح إن شاء الله.
وكذلك إن وُجد عوامُّ من أهل العلم يُفتون بمثل معنى ما روى عن النبي.
[24/3 19.22] +62 858-5257-0223: Mursal itu kan bunyi awalnya "qaala Rasuluullah".. nah ini yg tidak sahihnya
[24/3 19.37] +62 858-5257-0223: Misalnya, Imam Syafi'i menolak hadits mursalnya Muhammad Ibnul Munkadir. Ketika ditanya apa alasannya?
Beliau jawab:
لأنه لا يثبت عن النبي
Ketika dibantah: bukankah Ibnul Munkadir ini tsiqah? Jawab beliau:
أجل، ولكنا لا ندري عمن قبل هذا الحديث
[24/3 19.52] +62 858-5257-0223: Contoh kongkret hadits mursal:
عن ابن أبي ذئب عن ابن شهاب: "أن رسول الله أمر رجلاً ضحك في الصلاة أن يعيد الوضوء والصلاة".
setelah diselidiki, ternyata Ibnu Syihab tidak mengambil hadits ini dari seorang shahabat, melainkan dari Sulaiman bin Arqam, yang mengaku mengambilnya dari Al-Hasan, dari Nabi SAW.
Nah, Sulaiman bin Arqom itu dhaif.. maka informasinya bahwa hadits itu berasal dari Hasan dari Nabi tidak bisa diterima (lemah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar