Senin, 02 April 2018

Keutamaan Istighfar

*ONE DAY ONE HADITS*
Senin, 2 April 2018/15 Rajab 1439 H.

*"Keutamaan Istighfar"*

عن عبْد الله بن عَبّاسٍ -رَضِي اللهُ عَنْهُما- قالَ : قَالَ رسول الله -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- : مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ . (رواه أبو داود)

Artinya :
_Dari Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma–, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.”_ (HR. Abu Daud)

*Pelajaran yang terdapat pada hadits di atas :*

1. Istighfar artinya permohonan ampunan.  Maghfirah artinya pengampunan, yaitu dihapuskan-Nya dosa dan dirahasiakan-Nya. Begitulah kata Al Hafizh Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah. Maka seseorang yang mengucapkan: " استغفر الله " (Astaghfirullah) : aku memohon pengampunan kepada Allah, dia seperti yang mengucapkan kalimat "اللهم اغفر لى " (Allahummaghfir lii)": Wahai Allah! Ampunilah aku.
2. Walaupun Rasulullah ﷺ  seorang makhluk yang telah diampuni dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang, beliau masih memperbanyak Istighfar. Karena Istighfar salah satu dari antara ibadah-ibadah utama. Sebab dengan banyak membaca Istighfar Allah semakin senang kepada hamba-Nya.
3. Ibnu Rajab Al Hanbali رحمه الله juga berkata: Istighfar seutuhnya yang dapat membuahi pengampunan Allah adalah istighfar yang disertai dengan ketekadan hati untuk tidak mengulang kembali perbuatan dosa.
4. Menurut Ibnu Rajab; yang paling utama membaca Istighfar, hendaklah dimulai dengan pujian kepada Allah, lalu mengakui dosa yang telah dia lakukan. Setelah itu baru memohon ampun kepada Allah.
5. Beberapa faedah membaca istighfar antara lain:
(1) Diampuni dosa-dosanya, sebesar apapun dosa yang dilakukan maka yakinlah bahwa Allah SWT. Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat, dan yakinlah bahwa pengampunan Allah masih lebih besar daripada dosa yang diperbuat oleh manusia.
(2) Hati menjadi bersih dan bening bagaikan cermin yang selalu dibersihkah pada setiap waktu sehingga mengkilat lagi, demikian pula hati.
(3) Istighfar membersihkan bekas-bekas kemaksiatan dalam jiwa dan hati.
(4) Kemaksiatan meninggalkan noda hitam dan kotoran di dalam hati setiap orang yang melakukannya. Setelah beristighfar, noda dan kotoran itu hilang, lalu hati menjadi bening kembali seperti cermin mengkilat.
(5) Bagi yang berulang kali melakukan kemaksiatan, maka noda hati bertambah, sebanyak maksiat yang dilakukan. Bahkan sampai penuh menutupi hati berwarna hitam. Begitulah Abu Hurairah ra meriwayatkan sabda Rasulullah ﷺ :

إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكِتَتْ فِيْ قَلْبِهِ نُكْتَةٌ . فَإِنْ هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَتْ . فَإِنْ عَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ , فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِيْ ذَكَرَ اللهُ تَعَالَى : كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلىَ قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ .(رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح و النسائي وابن ماجة وابن حبان و الحاكم)

_“Apabila seorang hamba melakukan suatu kesalahan, maka ternodalah hatinya dengan setitik noda hitam. Setelah lepas dan beristighfar, baru hatinya bersih dan bening kembali. Jika mengulang, bertambahlah noda-noda itu sampai menutup hatinya. Itulah yang disebutkan "Ar Raan" oleh Allah di dalam Al Quran: Sekali-kali tidak demikian. Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka."_ (HR. Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim. Kata Tirmidzi: Hadits Hasan Shahih.).
(6) Dihilangkan dari segala kesedihan dan kesusahannya.
(7) Dimudahkan dari segala urusan yang dihadapinya dan diberikan solusi yang lebih baik menurut Allah SWT.
(8) Harta dibuat-Nya subur, melimpah dan barokah.
(9) Rizkinya dipermurah dari jalan yang tidak disangka-sangka.
(10) Anak cucunya pun dibuat-Nya murah rizkinya.

*Tema hadits yang berkaitan dengan ayat Al-Qur'an :*

❀ Karena begitu pentingnya Istighfar, di dalam Al-Qur’an, terdapat di dalam berbagai tempat dan sikon, diantaranya:

1. Dalam bentuk perintah, seperti:

وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ ۞

_“Dan mohon ampunlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”_ (QS. Al Baqarah,2:199)

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْا إِلَيْهِ ۞

_“Dan hendaklah kamu mohon ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertaubatlah kepada-Nya."_ (QS. Hud,11: 3)

2. Dalam bentuk pujian kepada ahli Istighfar, seperti:

وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِاْلأَسْحَارِ ۞

_“Dan orang-orang yang membaca Istighfar di waktu-waktu sahur.”_ (QS. Ali Imran,3:15)

وَ الَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوْا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلَى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ ۞

_“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka; dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?! Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”_ (QS. Ali Imran,3:135)

3. Dalam bentuk ungkapan, bahwa Allah mengampuni siapapun yang beristighfar;

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوْءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُوْرًا رَحِيْمًا ۞

_“Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian dia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”_ (QS. An Nisaa’,4: 110)

4. Dalam bentuk ungkapan stimulasi kepada orang yang suka berbuat maksiat agar mendapatkan ampunan dari Allah;

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِيْنَ أَسْرَفُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ  لاَ تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ. إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا .إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ۞

_“Katakanlah! Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”_ (QS. Az Zumar,39: 53).

5. Allah SWT. menyatakannya melalui Nabi Nuh as. :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا .وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا ۞

_“Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu yang lebat. Dan memperbanyak harta-harta dan anak-anak kamu, dan menjadikan untukmu kebun-kebun  dan menjadikan pula untukmu di dalamnya sungai-sungai."_ (QS. Nuh,7: 10)

وَ يَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ  ثُمَّ تُوْبُوْا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِيْنَ ۞

_“Dan (Hud berkata): Hai kaumku! Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang lebat kepadamu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”_(QS. Hud,11: 52)
*والله اعلم بالصواب...*
*Semoga barokah dan bermanfaat....*

               •┈◎❅❀❦🌼❦❀❅◎┈•

KISAH ISRA' MI'RAJ

*INILAH KISAH LENGKAP ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW*

Inilah Kisah Lengkap Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw

Oleh Habib Mumu BSA

Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab Al Anwaarul Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah, Karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA.

Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.

Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:

“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.

Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.

Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.

Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.

Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.

Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.

(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”.

Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.

Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.

Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata:“Tidakk

ah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?”

Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.

Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.

Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”.Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.

Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”.

Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.

Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.

Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untuk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya”.

Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan:“Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya.

Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.

Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.

Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.

Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.

Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.

Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.

Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.

Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:

“Siapakah ini?”

Jibril menjawab: “Aku Jibril.”

Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”

Jibril menjawab: “Muhammad saw.”

Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”

Jibril menjawab: “Benar”.

Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:

“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.

Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.

Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya.

Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:

“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.

Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.

Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong

lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:

“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.

Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.

Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya

dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi.

Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.

Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.

Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.

Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.

Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.

Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara:“Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.

Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan

kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.

Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.

Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.

Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlahumatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.

Dalam riwayat lain beliau berkata: “Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.

Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.

Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.

Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.

Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.

Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.

Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”Labba

ik wahai Rabbku”, sabda beliau.

“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.

Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.

Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.

Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda: ” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?”

Aku menjawab: “50 sholat”,

Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,

Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.

Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan

menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.

Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:“Kembal

ilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”,

Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.

Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.

Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.

Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.

Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus.

001. (Maha Suci) artinya memahasucikan (Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya) yaitu Nabi Muhammad saw. (pada suatu malam) lafal lailan dinashabkan karena menjadi zharaf. Arti lafal al-isra ialah melakukan perjalanan di malam hari; disebutkan untuk memberikan pengertian bahwa perjalanan yang dilakukan itu dalam waktu yang sedikit; oleh karenanya diungkapkan dalam bentuk nakirah untuk mengisyaratkan kepada pengertian itu (dari Masjidilharam ke Masjidilaksa) yakni Baitulmakdis; dinamakan Masjidil aksa mengingat tempatnya yang jauh dari Masjidilharam (yang telah Kami berkahi sekelilingnya) dengan banyaknya buah-buahan dan sungai-sungai (agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda Kami) yaitu sebagian daripada keajaiban-keajaiban kekuasaan Kami. (Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) artinya yang mengetahui semua perkataan dan pekerjaan Nabi saw. Maka Dia melimpahkan nikmat-Nya kepadanya dengan memperjalankannya di suatu malam; di dalam perjalanan itu antara lain ia sempat berkumpul dengan para nabi; naik ke langit; melihat keajaiban-keajaiban alam malakut dan bermunajat langsung dengan Allah swt. Sehubungan dengan peristiwa ini Nabi saw. menceritakannya melalui sabdanya, “Aku diberi buraq; adalah seekor hewan yang berbulu putih; tingginya lebih dari keledai akan tetapi lebih pendek daripada bagal; bila ia terbang kaki depannya dapat mencapai batas pandangan matanva. Lalu aku menaikinya dan ia membawaku hingga sampai di Baitulmakdis. Kemudian aku tambatkan ia pada tempat penambatan yang biasa dipakai oleh para nabi.

Selanjutnya aku memasuki Masjidilaksa dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Setelah itu aku keluar dari Masjidilaksa datanglah kepadaku malaikat Jibril seraya membawa dua buah cawan; yang satu berisikan khamar sedangkan yang lain berisikan susu. Aku memilih cawan yang berisikan susu, lalu malaikat Jibril berkata, ‘Engkau telah memilih fitrah (yakni agama Islam).’ Nabi saw. melanjutkan kisahnya, kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit dunia (langit pertama), lalu malaikat Jibril mengetuk pintu langit; ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah yang bersamamu itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’ Kemudian pintu langit pertama dibukakan bagi kami; tiba-tiba di situ aku bertemu dengan Nabi Adam. Nabi Adam menyambut kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan untukku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang kedua, malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kedua. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’ Maka pintu langit yang kedua dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan dua orang anak bibiku, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Isa.

Lalu keduanya menyambut kedatanganku, dan keduanya mendoakan kebaikan buatku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang ketiga, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang ketiga, lalu ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’ Maka dibukakanlah pintu langit ketiga bagi kami, tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf; dan ternyata ia telah dianugerahi separuh daripada semua keelokan. Nabi Yusuf menyambut kedatanganku, lalu ia mendoakan kebaikan bagiku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keempat, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab. ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’ Maka pintu langit yang keempat dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku.

Kemudian malaikat Jibril membawaku ke langit yang kelima, lalu malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kelima, maka ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dan ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’ Lalu dibukakanlah pintu langit yang kelima bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku. Selanjutnya malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keenam, lalu ia mengetuk pintunva, ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’ Maka dibukakanlah pintu langit yang keenam buat kami, tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, lalu Nabi Musa menyambut kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan bagiku.

Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang ketujuh, lalu ia mengetuk pintunya. Ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Siapakah orang yang bersamamu itu?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi kepadanya, ‘Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?’ Malaikat Jibril menjawab, ‘Dia telah diutus untuk menemui-Nya.’ Maka dibukakanlah pintu langit yang ketujuh bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim. Kedapatan ia bersandar pada Baitulmakmur.

Ternyata Baitulmakmur itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat, yang selanjutnya mereka tidak kembali lagi padanya. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke Sidratul Muntaha, kedapatan daun-daunnya bagaikan telinga-telinga

gajah dan buah-buahan bagaikan tempayan-tempayan yang besar. Ketika semuanya tertutup oleh nur Allah, semuanya menjadi berubah. Maka kala itu tidak ada seorang makhluk Allah pun yang dapat menggambarkan keindahannya.

Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya, maka Allah mewahyukan kepadaku secara langsung, dan Dia telah (mewajibkan) kepadaku lima puluh kali salat untuk setiap hari. Setelah itu lalu aku turun hingga sampai ke tempat Nabi Musa (langit yang keenam). Maka Nabi Musa bertanya kepadaku, ‘Apakah yang diwajibkan oleh Rabbmu atas umatmu?’ Aku menjawab, ‘Lima puluh kali salat untuk setiap harinya.’ Nabi Musa berkata, ‘Kembalilah kepada Rabbmu, lalu mintalah keringanan dari-Nya karena sesungguhnya umatmu niscava tidak akan kuat melaksanakannya; aku telah mencoba Bani Israel dan telah menguji mereka.’ Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya, maka aku kembali kepada Rabbku, lalu aku memohon, ‘Wahai Rabbku, ringankanlah buat umatku.’ Maka Allah meringankan lima waktu kepadaku.

Lalu aku kembali menemui Nabi Musa. Dan Nabi Musa bertanya, ‘Apakah yang telah kamu lakukan?’ Aku menjawab, ‘Allah telah meringankan lima waktu kepadaku.’ Maka Nabi Musa bertanya, ‘Sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melakukan hal tersebut, maka kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan buat umatmu kepada-Nya.’ Rasulullah melanjutkan kisahnya, maka aku masih tetap mondar-mandir antara Rabbku dan Nabi Musa, dan Dia meringankan kepadaku lima waktu demi lima waktu. Hingga akhirnya Allah berfirman, ‘Hai Muhammad, salat lima waktu itu untuk tiap sehari semalam; pada setiap salat (tafsir jalalain).

Senin, 26 Maret 2018

Dosa Bagi seseorang yang berzina dengan Wanita & yang dengan Waria

Dosa Berzina Dengan Wanita dan Waria
...
Lebih besar manakah antara dosa berzina dengan seorang wanita atau berzina dengan waria (lelaki dengan waria)?


Berzina dengan wanita termasuk bagian dari dosa besar dan ada ancaman siksa secara khusus, yakni had zina. Sedangkan berzina dengan waria, ada perincian hukum;

a.  kalau maksudnya adalah wati’ dubur waria (sodomi), maka juga termasuk dosa besar, namun tingkat keharamannya di bawah haramnya zina dengan wanita. Mengenai hadnya, ulama beda pendapat. Ada yang menyamakan dengan had zina dan ada yang membedakan

b. kalau maksudnya berzina adalah memasukkan kemaluan pada kelamin atau farji buatan, maka tidak sama dengan zina, cuma tetap diharamkan.

Lihat: Hawasyi Asy-Syarwani IV/282 dan IX/182, Raudhatuth-Thalibin X/90 dan XI/252, Al-Iqna’ 2/524, Tuhfatul-Habib I/536 dan V/17, Al-Muhadzdzab II/268, I’anatuth-Thalibin IV/143

Minggu, 25 Maret 2018

MOTIFASI HIKAYAT AL-MAHALLI

*MOTIFASI SEPINTAS HIKAYAT AL_MAHALLI*

*Sebagai seorang ulama besar(jalaaluddin al mahalli),* tentu akan mengundang para pemburu warisan para Nabi dan Rasul. Oleh karena itu, dari tangannya muncullah generasi kemudian yang menggantikan dan meneruskan perjuangannya. Mereka ialah As-Suyuthi, As-Sakhawi, As-Samhudi, dan seterusnya.
Namun demikian, meskipun Al-Mahalli adalah sosok ulama besar, ada satu hal yang tidak banyak diketahui orang. Bukan aib sebetulnya, akan tetapi justru motifasi belajar dan berjuang mengarungi lautan ilmu. Bahwa ternyata Al-Mahalli adalah termasuk orang yang sulit menghafal. Pernah suatu kali ia diminta oleh orang-orang di sekitarnya untuk menghafalkan sebuah untaian kata dalam dua baris. Namun Al-Mahalli sama sekali tidak sanggup menghafalnya meski sudah didesak berkali-kali. Demikian berita yang kami dengar dari guru kami, Dr. Muhammad Al-Hasan Asy-Syinqithi.
Cerita di atas dikisahkan oleh beliau setelah kami tanya, manakah yang didahulukan oleh penuntut ilmu jika ingin membaca kitab hadits, apakah Jami’ At-Tirmidzi yang oleh ulama dikatakan akan dapat difahami oleh tidak saja ulama, namun juga pelajar tingkat pemula, ataukah Shahih Al-Bukhari yang sulit difahami melainkan pelajar tingkat lanjutan.
“Shahih Al-Bukhari tentunya,” jawab beliau. Lantas beliau menjelaskan bahwa kitab yang sulit difahami manapun akan menjadi mudah manakala selalui dibaca berulang-ulang. Yang terpenting adalah, membacanya hingga selesai walaupun belum faham betul.
Pelajaran kisah di atas ialah, bahwa seberapa pun kemampuan seseorang, jangan pernah menyerah belajar. Karena sesuatu yang ditekuni pasti akan lunak pula. Lihatlah besi yang begitu keras, ia akan leleh ketika dipanasi dengan api meskipun boleh jadi suhunya tidak seberapa panas. Namun dengan terus-menerus, akan leleh pula. Percayalah!
Permasalahannya bukanlah faham atau tidak, tapi lebih pada mau membaca atau tidak. Inilah yang kiranya perlu dicamkan. Karena ternyata banyak orang yang mengeluh gagal memahami suatu kitab, namun ternyata setelah diselidiki, ternyata ia belum membacanya berulang-ulang. Baru dibacanya sekali dua kali, lantas mengeluh dan pada akhirnya menyerah. Belajar model apa ini?! Apatah lagi jika tidak diiringi dengan munajat dan doa pada Dzat yang Mahamemberi pemahaman. Alangkah celakanya orang semacam ini.
Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan kita istiqamah dalam belajar serta kemampuan menghafal dan memahami yang baik._ Aamiin.

Sejarah PKI sebagai pelajaran untuk anak generasi kita

🏵🏵🏵🌷🌼🌼🌷🏵🏵🏵  *INILAH SEJARAH YANG TIDAK  DI LUPAKAN OLEH KITA SEMUA.*

*BACA SAMPAI HABIS SERUUUU BANGET DAN TAMBAH ILMU*
*Tgl 31 Oktober;1948 : Muso di Eksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten Ponorogo. Sedang MH.Lukman dan Nyoto pergi ke Pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).*

*Akhir November 1948 : Seluruh Pimpinan PKI Muso berhasil di Bunuh atau di Tangkap, dan Seluruh Daerah yg semula di Kuasai PKI berhasil direbut, antara lain :* *Ponorogo, Magetan, Pacitan, Purwodadi, Cepu, Blora, Pati, Kudus, dan lain'ya*
*Tgl 19 Desember 1948 : Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.*

*Tahun 1949 : PKI tetap Tidak Dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan Rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.*

*Awal Januari 1950 : Pemerintah RI dgn disaksikan puluhan ribu masyarakat yg datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan Pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi Para Korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 Kerangka Mayat yg 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 Kerangka Mayat yg semua'y berhasil diidentifikasi. Para Korban berasal dari berbagai Kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.*

*Tahun 1950 : PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.*

*Tgl 6 Agustus 1951 :Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua Senjata Api yg ada.*

*Tahun 1951 : Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yg sepenuh'y mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.*

*Tahun 1955 : PKI ikut Pemilu Pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.*

*Tgl 8-11 September 1957 : Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang–Sumatera Selatan Mengharamkan Ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua Mantel organisasi'y, tapi ditolak oleh Soekarno.*

*Tahun 1958 : Kedekatan Soekarno dgn PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan Pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI.*

*Tgl 15 Februari 1958 : Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi Mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun Pemberontak kan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.*

*Tanggal 11 Juli 1958 : DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.*

*Bulan Agustus 1959 : TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun Kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.*

*Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan Slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yg didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dgn demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.*

*Tgl 17 Agustus 1960 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustus 1960 tentang "PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia)" dgn dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam Pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.*

*Medio Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dgn keanggotaan mencapai 2 Juta orang.*

*Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam Pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.*

*Bulan April 1962 : Kongres PKI.*

*Tahun 1963 : PKI Memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dgn Malaysia, dan mengusulkan dibentuk'y Angkatan Kelima yg terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara” melawan Malaysia.*

*Tgl 10 Juli 1963 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.*

*Tahun 1963 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH.Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH.Isa Anshari, KH.Mukhtar Ghazali, KH.EZ. Muttaqien, KH.Soleh Iskandar, KH.Ghazali Sahlan dan KH.Dalari Umar.*

*Bulan Desember 1964 : Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yg didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.*

*Tgl 6 Januari 1965 : Atas Desakan dan Tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1/KOTI/1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah Memfitnah PKI.*

*Tgl 13 Januari 1965 : Dua Sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) Menyerang dan Menyiksa Peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan Pelajar Wanita'y, dan jg merampas sejumlah Mushaf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injak'.*

*Awal Tahun 1965 : PKI dgn 3 Juta Anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).*

*Tgl 14 Mei 1965 : Tiga Sayap Organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut Perkebunan Negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dgn Menangkap dan Menyiksa serta Membunuh Pelda Soedjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.*

*Bulan Juli 1965 : PKI menggelar Pelatihan Militer untuk 2000 anggota'y di Pangkalan Udara Halim dgn dalih ”Mempersenjatai Rakyat untuk Bela Negara”.*

*Tgl 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.*

*Tgl 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.*

*Tgl 30 September 1965 Malam :* *Terjadi Gerakan G30S/PKI atau disebut jg GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) : PKI Menculik dan Membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayat'y ke dalam sumur di LUBANG BUAYA Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT.Haryono, Letjen S.Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo.*  *PKI jg menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution*  *PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yg sedang bertugas menjaga Rumah Kediaman Wakil PM Dr.J.Leimena yg bersebelahan dgn Rumah Jenderal AH.Nasution.*  *PKI jg menembak Putri Bungsu Jenderal AH.Nasution yg baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yg berusaha menjadi Perisai Ayahanda'y dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhir'y wafat pd tanggal 6 Oktober 1965.*
*G30S/PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang  tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi. Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah Perwira ABRI (TNI/Polri) dari berbagai Angkatan, antara lain : Angkatan Darat : Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief. Angkatan Laut : Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi. Angkatan Udara : Men/Pangau Laksda Udara Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono. Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol. Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.*

*Tgl 1 Oktober 1965 : PKI di Yogyakarta jg Membunuh Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuk'y DEWAN REVOLUSI baru yg telah mengambil Alih Kekuasaan.*

*Tgl 2 Oktober 1965 : Letjen TNI Soeharto mengambil alih Kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dari PKI.*

*Tgl 6 Oktober 1965 : Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha Melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan Terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.*

*Tgl 13 Oktober 1965 : Ormas Anshar NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di Seluruh Jawa.*

*Tgl 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshar Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshar Kecamatan Muncar untuk Pengajian. Saat Pemuda Anshar Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yg menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah Keracunan mereka di Bantai oleh PKI dan Jenazah'y dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa/Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshar yg dibantai, dan ad beberapa pemuda yg selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi Saksi Mata peristiwa. Peristiwa Tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.*

*Tgl 19 Oktober 1965 : Anshar NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.*

*Tgl 11 November 1965 : PNI dan PKI bentrok di Bali.*

*Tgl 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta di Hukum Mati.*

*Bulan Desember 1965 : Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.*

*Tgl 11 Maret 1966 : Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yg memberi wewenang penuh kepada Letjen TNI Soeharto untuk mengambil langkah Pengamanan Negara RI.*
B
*Tgl 12 Maret 1966 : Soeharto melarang secara resmi PKI. Bulan April 1966 : Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.*

*Tgl 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di Indonesia ini tdk ada partai yg Pengorbanan'y terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI…”*

*Tgl 5 Juli 1966 : Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS–RI Jenderal TNI AH.Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran Paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.*

*Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi Hukuman Mati pd tahun 1967.*

*Tahun 1967 : Sejumlah kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di wilayah terpencil di Blitar Selatan bersama Kaum Tani PKI.*

*Bulan Maret 1968 : Kaum Tani PKI di Blitar Selatan menyerang para Pemimpin dan Kader NU, sehingga 60 (enam puluh) Orang NU tewas dibunuh.*

*Pertengahan 1968 : TNI menyerang Blitar Selatan dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI. s sbDari tahun 1968 s/d 1998 Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasiya dilarang di Seluruh Indonesia dgn dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966. Dari tahun 1998 s/d 2015*

*Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Anggota PKI yg dibebaskan dari Penjara, beserta keluarga dan simpatisanya yg masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan Fakta Sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN Pejuang Kemerdekaan RI. Sejarah Kekejaman PKI yg sangat panjang, dan jgn biarkan mereka menambah lagi daftar kekejamanya di negeri tercinta ini....!!!*

*Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua*

*BAGIKAN SEJARAH INI JADIKAN* *PELAJARAN*
*BUAT GENERASI YG AKAN DATANG* 🏵🏵🏵🌷🌼🌼🌷🏵🏵🏵

Sabtu, 24 Maret 2018

Standar Usia Membatalkan Wudhu

Standar Usia Membatalkan Wudhu
...
Sebagaimana diketahui, dalam literatur kitab-kitab fikih di antara hal yang dapat membatalkan pada wudhu adalah bersentuhan kulit beda jenis; lak-laki dan perempuan. Di antara syarat kebatalan ini adalah keduanya sudah menginjak usia dewasa yang bagi perempuan dapat menarik perhatian syahwat (haddan yusytaha). Akan tetapi, modernisasi demikian pesat dengan pola makanan dan tontonan yang demikian aneh, sehingga terkadang membuat anak terlihat dewasa sebelum waktunya. Lantas, berapa standar usia yang dapat membatalkan pada wudhu saat bersentuhan kulit?

Dalam madzhab Syafi’i, bersentuhan kulit lain jenis Ajnabi dapat membatalkan pada wudhu’. Kulit dimaksud adalah bagian luar, termasuk kulit pada lidah dan gusi. Ajnabi berarti orang lain, tidak masuk dalam lingkaran mahram yang diharamkan untuk menikah. Kategori Ajnabi, berarti di antara hal yang menghalalkan untuk menikah. Dalam wudhu’, bersentuhan kulit dua orang Ajnabi beda jenis berarti membatalkan wudhu’.

Syarat kebatalan pada wudhu’ ini tidak hanya keduanya harus Ajnabi, melainkan keduanya harus yakin sudah besar (Ma’a kibarin yaqinan). Tidak dihukumi batal, bersentuhan kulit beda jenis ini jika salah satu atau sama-sama dari keduanya masih kecil yang memang tidak memiliki pesona syahwat (shaghirah la tusytaha). Alasannya, karena anak kecil tidak berpotensi mengundang syahwat. Tentu saja, alasan ini mengikuti ukuran orang yang memiliki pikiran normal.

Standar tidak mengundang syahwat ini tidak hanya berlaku pada anak perempuan, meskipun secara umum banyak disebutkan dengan shighat muannats (tusytaha). Sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Iqna’ fi Halli Alfadz Abi Syuja’ (1:83), anak laki-laki standartnya juga demikian. Berikut disampaikan Syekh Muhammad asy-Syarbini al-Khathib:

والمراد بالرجل الذكر إذا بلغ حدا يشتهى لا البالغ وبالمرأة الأنثى إذا بلغت حدا يشتهى كذلك لا البالغة
“Yang dimaksud laki-laki (yang membatalkan) adalah ketika sampai pada batas berpotensi menarik syahwat, bukan baligh. Sementara yang dimaksud pada perempuan adalah ketika mencapai batas potensi syahwat juga, bukan pada balighnya.”

Kemudian, pada usia berapa seseorang terbilang besar dan berpotensi mengundang syahwat tersebut. Dalam pendapat shahih, potensi mengundang syahwat ini tidak ditentukan dengan usia, melainkan melalui standar urf (pandangan masyarakat umum). Jika urf memandang saat itu dewasa dan berpotensi mengundang syahwat sudah dapat membatalkan wudhu’. Tentu saja, pendapat masyarakat umum ini bagi mereka yang memiliki kecenderungan normal (dzawi ath-thiba’ as-salimah). Untuk hal ini, disebutkan dalam kitab al-Manhaj al-Qawim: 61:

"وينتقض اللامس والملموس" أي وضوؤهما لاشتراكهما في لذة اللمس "ولا ينقض صغير أو صغيرة" إن كان كل منهما بحيث "لا يشتهي" عرفًا غالبًا لذوي الطباع السليمة، فلا يتقيد بابن سبع سنين أو أكثر لاختلافه باختلاف الصغار والصغيرات
“Wudhu penyentuh dan yang disentuh batal wudhu’nya karena sama-sama merasakan kenikmatan bersentuhan. Tidak batal wudhu anak kecil, jika keduanya tidak sampai pada batasan mensyahwati secara urf bagi yang memiliki kecenderungan normal. (Soal potensi ini) tidak dibatasi pada anak laki-laki usia tujuh tahun atau lebih, karena perbedaan pada anak tergantung pada besar dan tidaknya anak.”

Pendapat berbeda dari pandangan umum tersebut adalah ulama yang membatasi potensi syahwat dengan melihat usia. Pendangan mereka pun berbeda-beda dalam menentukan usia berapa anak berpotensi menarik syahwat tersebut. Imam Abu Hamid al-Ghazali, misalnya, mengatakan bahwa maksud dari perempuan yang tidak berpotensi menarik syahwat itu adalah anak usia empat tahun kebawah.

Sementara itu, Syaikh Yusuf as-Sanbalani menyebut bahwa ketika anak usia tujuh tahun sudah dapat membatalkan pada wudhu saat bersentuhan kulit. Menurutnya, ini adalah kesepakatan ulama (ittifaq), baik anak laki-laki atau pun perempuan. Termasuk juga ulama sepakat, anak usia lima tahun tidak membatalkan pada wudhu’.

Bagaimana dengan usia anak enam tahun? Juga menurut as-Sanbalani, terjadi khilaf ulama; ada yang mengatakan batal, dan ada pula yang menyatakan tidak. Akan tetapi, soal ini ternyata tetap melihat pada pandangan umum manusia. Anak usia lima tahun pun, bisa membatalkan pada wudhu’ ketika sudah dilihat bisa menarik syahwat. Lebih lengkapnya berikut yang tercantum dalam kitab Mirqat Shu’ud at-Tashdiq bi Syarh Sullam at-Taufiq: 21:

والمرجع في المشتهات وغيرها إلى العرف على الصحيح. قال الشيخ أبو حامد: التي لاتشتهى من لها أربع سنين، فما دونها. أفاد ذلك الدميري. وقال شيخنا يوسف السنبلاني: فإذا بلغ الولد سبع سنين فإنه ينقض باتفاق ذكرا كان أو أنثى، وإذا بلغ خمس سنين فلا ينقض باتفاق، وأما بلغ ست سنين ففيه خلاف، فقيل ينقض وقيل لا. هذا يرجع إلى طباع الناس حتي الولد الذي بلغ خمس سنين فقط ينقض لمن يشتهيه ولا ينقض لغيره.

“Acuan perempuan mensyahwati dan lainnya (belum mensyahwati) dikembalikan pada pandangan umum manusia (urf) menurut pandangan yang shahih. Sementara Abu Hamid al-Ghazali mengatakan, maksud perempuan yang belum mensyahwati adalah anak usia empat tahun ke bawah. Ad-Damiri menggunakan pendapat Abu Hamid ini.

“Syaikhuna Yusuf as-Sanbalani mengatakan: ‘Ketika anak berusia tujuh tahun, sudah bisa membatalkan pada wudhu, melalui kesepakatan ulama, baik anak laki-laki atau perempuan. Ketika anak usia lima tahun, tidak membatalkan pada wudhu, juga kesepakatan ulama. Adapun anak usia enam tahun, terjadi khilaf ulama; anak yang yang mengatakan membatalkan ada yang mengatakan tidak.

“Ini semua tetap mengacu pada watak masing-masing manusia, sehingga anak usia lima tahun pun bisa membatalkan wudhu bagi orang yang tertarik padanya, dan tidak membatalkan bagi yang tidak tertarik.”
Ini semua adalah pandangan ulama terkait batal dan tidaknya anak kecil saat bersentuhan kulit. Ukurannya memang potensi menarik syahwat. Jika demikian, bagaimana dengan perempuan atau laki-laki yang sudah tua? Terusan dalam kitab al-Manhaj al-Qawim di atas disebutkan:

وذلك لانتفاء مظنة الشهوة حينئذ بخلاف عجوز شوهاء أو شيخ هرم استصحابًا لما كان ولأنهما مظنتها في الجملة إذ لكل ساقطة لاقطة.
“Tidak batal menyentuh anak kecil, karena tidak berpotensi syahwat. Berbeda dengan nenek tua atau laki-laki tua yang pikun, karena memberlakukan hakum yang sudah ada. Terlebih, secara global keduanya masih berpotensi kuat untuk menarik syahwat, karena (ada ungkapan), setiap ada perkara jatuh pasti ada yang memungut.”

Dengan demikian, terkait batal dan tidaknya anak kecil saat bersentuhan kulit semua ulama sepakat bahwa anak yang berpotensi menarik syahwat (yusytaha) dapat membatalkan wudhu’. Hanya saja, perbedaan pada batasan anak seperti apa yang bisa menarik syahwat tersebut. Pendapat shahih, tergantung pada pandangan masyarakat umum (urf), selainnya ada yang membatasi melalui usia dengan fariasi pendapat.

Beberapa pandangan ini muncul karena memang tidak tidak ditemukan batasan resmi, baik dari nash syara’ atau bahasa. Dari itu, pandangan yang menyatakan standar urf berlaku dinilai sebagai pendapat shahih. Hal ini sesuai dengan kaidah: “Jika tidak ditemukan batasan dalam syara’ dan bahasa, maka kembalikan pada urf”. Wallahu a’lam.Aryarrafie@gmail.com

Jaminan bagi pencinta Rasulullah/Shalawat

*10 JAMINAN BAGI PENGGEMAR SHALAWAT NABI SAW*

Salah satu diantara mutiara hikmah dan nasihat Al-Imam al-Quthub -Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf Jeddah adalah:
 من أكثر الصلاة والسلام على النبي صلى الله عليه وآله وسلم كانت له عشر ضمانات:
* ضمان بنجاح مطلبه.
* ضمان بالموت على لاإله إلا الله .
* ضمان برؤياء النبي صلى الله عليه وآله وسلم.
* ضمان بالسعادة في الدنيا.
* ضمان بالبركة في اﻷولاد.
* ضمان بتيسير المعاش.
* ضمان بالحفظ من عناء الدنيا ونصبها.
* ضمان بالقرب منه صلى الله عليه وآله وسلم.
* ضمان بالرعاية الكبرى من المولى سبحانه وتعالى.
* ضمان بالرضا من المولى سبحانه وتعالى ومن النبي صلى الله عليه وآله وسلم."

Ada 10 jaminan bagi orang yang gemar membaca shalawat Nabi:
1. Harapan dan keinginannya akan terwujud.
2. Matinya akan mendapatkan husnul khatimah.
3. Mempermudah baginya untuk mimpi bertemu Nabi Saw.
4. Bahagia hidupnya.
5. Barokah anak-anaknya.
6. Lancar rizkinya.
7. Selamat dari himpitan dan kesusahan dunia.
8. Dekat dengan Nabi Saw.
9. Mendapat perlindungan khusus dari Allah Swt.
10. Mendapat ridha Allah Swt. dan Nabi Saw.

Semoga kita digolongkan oleh Allah Swt salah satu dari hamba-hambaNya yang gemar membaca shalawat kepada Baginda Nabi Saw.
Amin.

 اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد

HADITS MURSAL

[24/3 17.39] ‪082334965148
Imam muslim berkata, hukum asal hadits mursal itu bukan hujjah menurutnya.
Ibnu sholah: apa yang aku katakan bahwa hadits mursal itu dzoif: merupakan pendapat yang jelas diusung oleh para pendekah huffadz dan dukun dukun atsar sebagaimana berlalu lalang di banyak kitab karangan mereka.
Mereka beralasan: bahwa majhulnya rowi penghubung dari khobar yang ia bawa dan sampai kepadanya, yang mana rowi gugur itu belum jelas identitas apakah ia sahabat ataupun tabiin.
Adapun ihtimal kedua adalah: rowi yang gugur itu juga bisa saja tsiqoh ataupun dzoif.
Khotib albaghdaady: kami memilih tidak berhujjah dengan hadits mursal berkenaan dengan amaliah penting, karena hadits mursal itu berkonsekwensi menjadikan satu riwayat itu memastikan majhulnya rowi.
Sedang merupakan kaidah yang pakem, bahwa satu khobar itu tidak boleh diterima kecuali dari orang yang jelas identitas keadilannya.
Karena majhulnya rowi mursal itulah berimbas pada tidak layaknya terdeteksi keadilan rowi yang jadi sarat maqbuul itu.
Logika yang jelas, jika penerima hadits mursal tadi adalah seorang yang adil, saat ditanya " dari siapa anda menerima hadits itu?", tentu secara umum ia tidak berani mentakdil rowi yg mursal tadi. Bagaimana mentakdil wong identitasnya saja tidak jelas.
Kecuali ada sumber lain yang memang bisa digunakkan untuk mentakdil kondisinya. Jika tidak, maka kembali pada kaidah umum akan ketertolakannya.
Dan tidak bisa untuk hujjah beramal tentunya.
Ibnu hajjar: hadits mursal masul bagian hadits marduud disebabkan oleh blurnya keadaan rowi yang terbuang itu.
Bisa jadi yang terbuang itu adalah sahabat atau juga tabiin. Selanjutnya juga ihtimalnya rowi yang terbuang antara tsiqqoh dan dzoif. Kedua, bahkan rowi yang terbuang itupun juga masih disangsikan, apakah khobar yang ia bawa itu didapat dari sahabat, atau bahkan dari tabiin juga.

Barokallah lanaa wa lakum.

Bersambung.

Halaman: 76.
ﻗﺎﻝ اﻻﻣﺎﻡ ﻣﺴﻠﻢ - ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ -: ((ﻭاﻟﻤﺮﺳﻞ ﻓﻲ ﺃﺻﻞ ﻗﻮﻟﻨﺎ ﻭﻗﻮﻝ ﺃﻫﻞ
اﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻻﺧﺒﺎﺭ ﻟﻴﺲ ﺣﺠﺔ)) (¬1) .
ﻭﻗﺎﻝ اﺑﻦ اﻟﺼﻼﺡ: (ﻭﻣﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ﻣﻦ ﺳﻘﻮﻁ اﻻﺣﺘﺠﺎﺝ ﺑﺎﻟﻤﺮﺳﻞ ﻭاﻟﺤﻜﻢ ﺑﻀﻌﻔﻪ ﻫﻮ اﻟﺬﻱ اﺳﺘﻘﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﺁﺭاء ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺣﻔﺎﻅ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﻧﻘﺎﺩ اﻷﺛﺮ ﻭﺗﺪاﻭﻟﻮﻩ ﻓﻲ ﺗﺼﺎﻧﻴﻔﻬﻢ) (¬2)
ﻭﺣﺠﺘﻬﻢ: ﻫﻮ ﺟﻬﺎﻟﺔ اﻟﻮاﺳﻄﺔ اﻟﺘﻲ ﺭﻭﻯ اﻟﻤﺮﺳﻞ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻋﻨﻪ، اﺫ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ اﻟﺴﺎﻗﻂ ﺻﺤﺎﺑﻴﺎ ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺗﺎﺑﻌﻴﺎ. ﻭﻋﻠﻰ اﻻﺣﺘﻤﺎﻝ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺛﻘﺔ ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻏﻴﺮ ﺛﻘﺔ؛ ﻗﺎﻝ اﻟﺨﻄﻴﺐ اﻟﺒﻐﺪاﺩﻱ: ((ﻭاﻟﺬﻱ ﻧﺨﺘﺎﺭﻩ ﺳﻘﻮﻁ ﻓﺮﺽ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﻤﺮﺳﻞ، ﻭاﻥ اﻟﻤﺮﺳﻞ ﻏﻴﺮ ﻣﻘﺒﻮﻝ، ﻭاﻟﺬﻱ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ: ﺃﻥ اﺭﺳﺎﻝ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻳﺆﺩﻱ اﻟﻰ اﻟﺠﻬﻞ ﺑﻌﻴﻦ ﺭاﻭﻳﻪ، ﻭﻳﺴﺘﺤﻴﻞ اﻟﻌﻠﻢ ﺑﻌﺪاﻟﺘﻪ ﻣﻊ اﻟﺠﻬﻞ ﺑﻌﻴﻨﻪ، ﻭﻗﺪ ﺑﻴﻨﺎ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻗﺒﻮﻝ اﻟﺨﺒﺮ اﻻ ﻣﻤﻦ ﻋﺮﻓﺖ ﻋﺪاﻟﺘﻪ، ﻓﻮﺟﺐ ﻛﺬﻟﻚ ﻛﻮﻧﻪ ﻏﻴﺮ ﻣﻘﺒﻮﻝ، ﻭﺃﻳﻀﺎ ﻓﺎﻥ اﻟﻌﺪﻝ ﻟﻮ ﺳﺌﻞ ﻋﻤﻦ ﺃﺭﺳﻞ؟ ﻓﻠﻢ ﻳﻌﺪﻟﻪ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺨﺒﺮﻩ اﺫا ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﻌﺮﻭﻑ اﻟﻌﺪاﻟﺔ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﻏﻴﺮﻩ، ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺣﺎﻟﻪ اﺫا اﺑﺘﺪﺃ اﻻﻣﺴﺎﻙ ﻋﻦ ﺫﻛﺮﻩ ﻭﺗﻌﺪﻳﻠﻪ؛ ﻻﻧﻪ ﻣﻊ اﻻﻣﺴﺎﻙ ﻋﻦ ﺫﻛﺮﻩ ﻏﻴﺮ ﻣﻌﺪﻝ ﻟﻪ ﻓﻮﺟﺐ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻘﺒﻞ اﻟﺨﺒﺮ ﻋﻨﻪ)) (¬3) .
ﻭﻗﺎﻝ اﻟﺤﺎﻓﻆ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﺫﻛﺮ اﻟﻤﺮﺳﻞ ﻓﻲ ﺃﻧﻮاﻉ اﻟﻤﺮﺩﻭﺩ: ((ﻭاﻧﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻓﻲ ﻗﺴﻢ اﻟﻤﺮﺩﻭﺩ ﻟﻠﺠﻬﻞ ﺑﺤﺎﻝ اﻟﻤﺤﺬﻭﻑ ﻷﻧﻪ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺻﺤﺎﺑﻴﺎ ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺗﺎﺑﻌﻴﺎ ﻭﻋﻠﻰ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺿﻌﻴﻔﺎ ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺛﻘﺔ، ﻭﻋﻠﻰ اﻟﺜﺎﻧﻲ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﻤﻞ ﻋﻦ ﺻﺤﺎﺑﻲ، ﻭﻳﺤﺘﻤﻞ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﻤﻞ ﻋﻦ ﺗﺎﺑﻌﻲ،
¬_________
(¬1) ﻣﻘﺪﻣﺔ ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ ﻫﺎﻣﺶ اﻟﻨﻮﻭﻱ 1/112، ﻭﻧﻘﻠﻪ ﻋﻨﻪ اﺑﻦ اﻟﺼﻼﺡ ﻓﻲ ﻋﻠﻮﻡ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺻ49-50.
(¬2) ﻋﻠﻮﻡ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺻ49، ﻭﻧﻘﻠﻪ ﻋﻨﻪ اﺑﻦ ﻛﺜﻴﺮ ﻓﻲ اﺧﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻮﻡ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺻ48.
(¬3) اﻟﻜﻔﺎﻳﺔ ﺻ387.
[24/3 18.44] ‪+62 856-4503-6194‬: Muara ini semua adalah menjadi hujjah dan tidaknya hadits tersebut,, 
Yang menjadi pertanyaan adalah
1. Hujjah itu dibuat apa oleh para muhadditsin??
Jika dijawab sbg hujjah Ilmu dan atau Amal, maka :
2. Jika sbg hujjah amal maka jika berkenaan dgn hukum (bukan fadloil) apakah muhadditsin mempunyai metode tersendiri dlm menententukan sebuah hukum sehingga seakan berupa suatu madzhab khusus??
Jika dijawab iya, maka mengapa madzhab muhadditsin hanya berada pada tahap maqbul dan mardud saja?? Tdk berkelanjutan dgn teory aplikasi pada hujjah tersebut?
[24/3 19.22] ‪+62 858-5257-0223‬: فمن شاهدَ أصحاب رسول الله من التابعين، فحدَّث حديثاً منقطعاً عن النبي: اعتُبر عليه بأمور:
 منها: أن ينظر إلى ما أَرسل من الحديث، فإن شَرِكَه فيه الحفاظ المأمونون، فأسندوه الى رسول الله بمثل معنى ما روى: كانت هذه دلالةً على صحة مَن قبل عنه وحفظه.
وإن انفرد بإرسال حديث لم يَشركه فيه من يُسنده قُبِل ما ينفرد به من ذلك.
ويعتبر عليه بأن ينظر: هل يوافقه مرسِل غيره ممن قُبل العلم عنه من غير رجاله الذين قُبل عنهم؟
فإن وُجد ذلك كانت دلالةً يَقوى له مرسلُه، وهي أضعف من الأولى.
وإن لم يُوجَد ذلك نُظر إلى بعض ما يُروى عن بعض أصحاب رسول الله قولاً له، فإن وُجد يُوافق ما روى عن رسول الله كانت في هذه دلالةٌ على أنه لم يأخذ مرسَلَه إلا عن أصل يصح إن شاء الله.
وكذلك إن وُجد عوامُّ من أهل العلم يُفتون بمثل معنى ما روى عن النبي.
[24/3 19.22] ‪+62 858-5257-0223‬: Mursal itu kan bunyi awalnya "qaala Rasuluullah".. nah ini yg tidak sahihnya
[24/3 19.37] ‪+62 858-5257-0223‬: Misalnya, Imam Syafi'i menolak hadits mursalnya Muhammad Ibnul Munkadir. Ketika ditanya apa alasannya?

Beliau jawab:

لأنه لا يثبت عن النبي

Ketika dibantah: bukankah Ibnul Munkadir ini tsiqah? Jawab beliau:

أجل، ولكنا لا ندري عمن قبل هذا الحديث
[24/3 19.52] ‪+62 858-5257-0223‬: Contoh kongkret hadits mursal:

عن ابن أبي ذئب عن ابن شهاب: "أن رسول الله أمر رجلاً ضحك في الصلاة أن يعيد الوضوء والصلاة".

setelah diselidiki, ternyata Ibnu Syihab tidak mengambil hadits ini dari seorang shahabat, melainkan dari Sulaiman bin Arqam, yang mengaku mengambilnya dari Al-Hasan, dari Nabi SAW.

Nah, Sulaiman bin Arqom itu dhaif.. maka informasinya bahwa hadits itu berasal dari Hasan dari Nabi tidak bisa diterima (lemah)

Hadits dalam kitab durrotun nashihin

KAJIAN HADITS DALAM KITAB DURRATUN NASHIHIN, AWAS HADITS PALSU!

Kitab Durratun Nashihin begitu populer di Indonesia, India, dan Turki. Namun, menurut hasil penelitian Dr. Lutfi Fathullah, 30% dari 839 hadis di dalamnya ternyata berkategori palsu.

Bagi Anda yang merasa punya dosa, sebesar dan seberat apa pun dosa itu, jangan takut. Cobalah baca salawat kepada Nabi Muhammad saw. Sebanyak seratus kali setiap hari Jumat. Maka dengan salawat itu dosa-dosa Anda praktis akan diampuni Tuhan. Ini sesuai dengan sebuah hadis yang dikutip Utsman ibn Hasan Al-Khubawi (w. 1824) dalam kitabnya Durratun Nashihin (DN). Hadis itu persisnya berbunyi, “Man shalla `alayya mi’atan fi kulli yaumi jumu`atin ghafarallahu lahu walau kanat dzunubuhu mitsla zabadil-bahri” (Barangsiapa membaca salawat seratus kali untukku setiap hari Jumat, maka Allah akan mengampuni dosanya, sekalipun dosanya itu seperti buih laut). Benarkah demikian? Tunggu dulu. Hadis itu, menurut Dr. Lutfi Fathullah, ternyata palsu dilihat dari segi kekuatan hukumnya. Merujuk pada ahli hadis Asy-Syakhawi dalam kitabnya Al-Qaulul-Badi`, dosen ilmu hadis di IAIN Jakarta itu berpendapat bahwa hadis tersebut tak dikenal perawinya. Asy-Syakhawi tidak menemukan asal atau sumber hadis itu yang valid sebagai sabda Nabi Muhammad. “Karena itu,” kata Lutfi, “Asy-Syakhawi memasukkan hadis tersebut sebagai hadis yang tidak sahih alias palsu.” Dan, itu berarti pula, belum tentu benar bahwa hanya dengan membaca salawat seratus kali di hari Jumat segala dosa diampuni Tuhan.

Lutfi menyatakan pendapatnya itu dalam disertasinya berjudul “Kajian Hadis Kitab Durratun Nashihin” yang ditulisnya guna meraih gelar doktor falsafah dalam bidang ilmu hadis pada Fakulti Pengajian Islam Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Malaysia. Disertasi setebal 787 halaman di bawah bimbingan Prof. Dr. Jawiah Dakir itu telah dipresentasikannya di depan sidang promosi doktor di UKM, 27 Oktober 1999 lalu, dengan penguji Prof. Dr.Muhammad Radhi, Prof. Dr. Abdul Samad Hadi, Prof. Dr. M. Zein, dan Prof. Dr.Muddasir Rosdir. Dan hasilnya, Lutfi meraih gelar doktor dengan yudisium memuaskan.

RUJUKAN PESANTREN.
Anak Betawi asli yang lahir pada 25 Maret 1964 itu memang sudah lama peduli hadis. Selain berhasil mengantongi gelar master dalam ilmu-ilmu hadis (‘ulumul hadits) dari Fakultas Syariah Universitas Yordania (1994), Lutfi juga selama empat tahun pernah secara intens bergelut dengan kitab-kitab tafsir-hadis karya ulama-ulama ternama, seperti Bukhari, Muslim, Nasa’i, Tirmidzi, dan lain-lain. Lebih-lebih lagi, komunikasi-intelektualnya sangat dekat dengan Prof. Dr. Nuruddin `Itr, salah seorang pakar ilmu hadis yang sangat dikenal di dunia Arab.

Dengan dasar-dasar itu, Lutfi merasa jengah melihat cara masyarakat Islam, khususnya kalangan ulamanya, dalam menggunakan hadis. Menurut dia, dalam mengutip sebuah hadis, banyak kiai dan ulama hanya mengandalkan ucapan “Qaala Rasulullah…”, tanpa menyebut siapa perawi dan apa sanadnya. Ini berbahaya, baik bagi pengucapnya atau pendengarnya. Dalam ilmu hadis, lanjut alumnus Gontor itu, kalau sebuah hadis tak jelas perawinya, mungkin itu hadis palsu. “Menggunakannya sebagai dalil, dosanya sangat besar,” ujar Lutfi seraya mengutip hadis dari kitab Sahih Bukhari, “Man kadzaba `alayya muta`ammidan fal-yatabawwa’ maq`adahu minan-nar” (Barangsiapa berbohong kepadaku secara sengaja maka tempatnya di api neraka), sebagai landasan teologis penelitiannya.

Nah, dari situlah Lutfi merasa terpanggil untuk memilih DN sebagai objek kajiannya. Menurut dia, DN merupakan salah satu kitab populer di Indonesia. Menurut penelitian Martin van Bruinessen dan penelitian Masdar F. Mas`udi dkk., DN kerap dijadikan rujukan di masjid-masjid, musala, sekolah, dan terutama pesantren-pesantren di Sumatera, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Madura. DN pun sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bahkan menurut Lutfi, sudah ada tujuh versi terjemahan DN berbahasa Indonesia, dengan penerjemah dan penerbit yang berbeda-beda–pertama kali diterjemahkan H. Salim Bahreisy, diterbitkan Balai Buku, Surabaya (1978).

DN ternyata juga cukup populer di Malaysia, Turki dan India. Di Malaysia, menurut Lutfi, hadis-hadis dalam DN sering dikutip di TV1, TV2, TV3, Berita Harian, dan lain-lain. Sementara di Turki bahkan sudah lebih lama lagi dikenal: sudah diterbitkan sejak 1262 H dan mengalami beberapa kali cetak ulang. Begitu pula di Mesir (terbit pada 1264 H), Libanon (dicetak ulang pada 1993 M) dan India (dicetak pada 1281 H). “Pokoknya,” kata Lutfi, “di mana pun tradisi tasawuf cukup kuat, di situlah DN mendapat tempat. Sebab, hadis-hadis di dalamnya memang cenderung lebih dekat ke tasawuf.” Yang agak mencengangkan adalah hasil temuan Lutfi sendiri. Hadis yang dikutip di atas bukanlah satu-satunya hadis palsu dalam DN dilihat dari kekuatan hukumnya.

Menurut dia, setelah merujuk pada kitab-kitab ahli hadis yang diakui mu`tabarah, secara keseluruhan Lutfi menemukan sebanyak 251 hadis palsu (30%). Sementara yang lemah (dha`if) 180 hadis (21,5%), amat lemah 48 hadis (5,7%), dan belum dapat dipastikan sebanyak 56 hadis (6,7%). “Yang terakhir ini dikategorikan demikian karena hadis-hadis tersebut tak dikenal perawinya. Atau bila dikenal, sanadnya tak diketahui,” jelasnya.

JANGAN ASAL SEBUT.
Adapun hadis yang shahih sebanyak 204 hadis (24,3%), shahih lighairihi 12 hadis (1,4%), isnadnya shahih 2 hadis (0,2%), hasan 67 hadis (8%), dan hasan lighairihi 19 hadis (2,2%) (Lihat tabel 1). Dari sejumlah itu, Lutfi juga mengklasifikasikan boleh-tidaknya hadis-hadis tersebut untuk digunakan sebagai dalil dalam berbagai keutamaan amal (fadha’ilul a`mal). Dari 839 hadis itu masing-masing boleh digunakan sebanyak 484 hadis (57,7%), tidak boleh digunakan sebanyak 336 hadis (40,2%), dan tak dapat dipastikan sebanyak 18 hadis (2,1%) (Lihat tabel 2).

Secara sederhana, Lutfi berkesimpulan seperti itu karena dua alasan.

Pertama : Dari segi kredibilitas penulisnya, keahlian Al-Khubawi dalam ilmu-ilmu keislaman, khususnya tafsir-hadis, masih diperdebatkan. Ismail Basya, misalnya, penulis biografi Al-Khubawi, tak pernah memujinya dengan sebutan Al-`Allamah, Asy-Syaikh, atau Al-Imam. Sementara Umar Ridha Kahhalah memuji Al-Khubawi dengan gelar wa`izh (pemberi nasihat), mufassir (ahli tafsir), dan muhaddits (ahli hadis). Lutfi menolak julukan itu, karena Al-Khubawi bukan mufasir dan muhaddits. “Saya setuju julukan wa`izh, pemberi nasihat. Memang itulah isi DN sebenarnya,” tuturnya seraya menjelaskan bahwa DN merupakan satu-satunya karya Al-Khubawi.

Kedua Karena Al-Khubawi bukan muhaddits, wajar jika kandungan DN lemah secara metodologi ilmu hadis. Misalnya, seperti ditemukan Lutfi, Al-Khubawi menukil hadis dari kitab-kitab tak dikenal pengarangnya; tidak menyebut sanad, baik dari dia sendiri atau dari perawi yang dinukilnya; tidak lazim menyebut perawi hadis setingkat sahabat; menyebut hadis dengan lafaz-lafaz kitab yang dinukil, bukan kitab asal yang meriwayatkan hadis dengan sanadnya; tidak menjelaskan hadis-hadis yang dinukilnya dapat dijadikan dalil atau tidak; tidak menilai hadis (hasan, dha`if, dan seterusnya) atau mengeritiknya; dan tidak menggunakan lafaz penyampaian (qaala, ruwiya, rawaa) sebagai syarat kekuatan hadis yang disebutkan.

Berdasarkan studinya itu, Lutfi menyarankan agar umat Islam–khususnya kiai dan ulama–lebih hati-hati dalam menggunakan hadis dan tidak asal sebut. DN juga perlu direvisi dengan penjelasan-penjelasan seperlunya. Misalnya ada keterangan hadis ini shahih, hadis itu palsu, dha`if, dan sebagainya. Bisa juga dibuat edisi mukhtasharnya dengan membuang semua hadis palsu atau yang tak jelas sumbernya. Ini mendesak dilakukan, mengingat sudah begitu terkenalnya kitab DN di masyarakat, sementara kritisisme masyarakat sendiri sangat minim terhadap hadis. “Kalau ini kita biarkan, berarti kita melestarikan kepalsuan-kepalsuan. Dan itu sangat berdosa,” tegas Lutfi. Dengan begitu, Lutfi sebetulnya sedang berbicara pada dirinya sendiri, atau dengan sesama ahli hadis lain–yang di Indonesia sangat minim, atau boleh dibilang langka. Akan lebih baik lagi jika hal serupa dilakukan juga terhadap kitab-kitab lain. Jadi, kita tunggu saja hasilnya. Dan Lutfi sudah memulainya. [Nasrullah Ali-Fauzi]

Kekuatan Hukum Hadis-hadis dalam Durratun Nashihin

Hukum Hadis, (Jumlah %)
Shahih, = (204) (24,3%)
ShahihLighairihi, = (12) (1,4%)
Isnaduhu Shahih, = (2) (0,2%)
Hasan, = (67) (8%)
Hasan Lighairihi, = (19) (2,2%)
Dha’if, = (180) (21,5%)
Amat Dha’if, = (48) (5,7%)
Palsu, = (251) (30%)
Belum Dapat Dipastikan, = (56) (6,7%)
Jumlah, = (839) (100%)

Kegunaan Hadis-hadis dalam Durratun Nashihin Sebagai Dalil

Kegunaan, (Jumlah %)
Boleh Digunakan, = (484) (57,7%)
Tidak Boleh Digunakan, = (336) (40,2%)
Tidak Dapat Dipastikan, = (18) (2,1%)
Jumlah, = (839) (100%)

[Disalin dari Majalah PANJI MASYARAKAT, Kolom AGAMA / PANJI NO. 32 TH III. 24 NOVEMBER 1999. Sumber: Kajian Hadis dalam Kitab Durratun Nashihin

KISAH KH. SAHAL dengan GUS MU'ADZ

Muhadatsah Gus Mu'adz di Hadapan Kyai Sahal
======================

Di masa mudanya, Kyai Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh adalah guru yang tekun di Madrasah Mathali'ul Falah, Kajen, Pati. Beliau memegang mata pelajaran Bahasa Arab. Meskipun telah memiliki reputasi intelektual yang langka tanding –terutama sebagai seorang adiib (ahli sastra Arab), beliau tak segan mengajar "anak-anak kecil" layaknya guru kelas rendahan. Jam pelajaran yang sudah terjadwal tak pernah beliau tinggalkan.

Maka menjadi kejutan yang tak masuk akal ketika tiba-tiba beliau keluar kelas ditengah jam pelajaran yang belum usai, lalu mangkir mengajar berbulan-bulan. Apa pasal?

Kyai Sahal menugasi murid-murid kelas tiga untuk melakukan praktek muhadatsah (percakapan). Beliau pasangkan murid-murid itu dua orang dua orang, lalu beliau perintahkan mengarang skenario percakapan dalam Bahasa Arab secara bebas. Pada jam pelajaran yang sama minggu berikutnya, mereka harus sudah siap.

Terbukti pengajaran Kyai Sahal tidak sia-sia. Pada saat yang ditentukan, sepasang demi sepasang murid-murid itu melaksanakan tugas dengan baik sekali. Ada yang memerankan dokter dan pasien, ada peran guru-murid, pedagang dan pembeli, orang tua menasehati anak, pengemis dan orang pelit, polisi menangkap maling, dan lain sebagainya. Semua diperankan dengan percakapan Arab yang nyaris sempurna.

Tibalah giliran Gus Mu'adz, sepupu Kyai Sahal sendiri, yang kebetulan dipasangkan dengan anaknya modin desa sebelah. Sebenarnya, sejak Gus Mu'adz mulai melangkah kedepan kelas, Kyai Sahal sudah "pasang kuda-kuda". Beliau tahu, sepupunya itu mbeling. Beliau sadar harus punya persiapan mental yang ekstra.

Dua orang murid sudah berdiri berhadap-hadapan. Raut muka mereka tampak begitu seriusnya.

"Ayo mulai!" perintah Kyai Sahal.

Keduanya mengangguk, lalu saling memberi kode.

Gus Mu'adz       : Man robbuka?

Anaknya Modin : Allaahu robbii.

Gus Mu'azd       : Man Nabiyyuka?

Anaknya Modin : Muhammadun Shollallaahu 'Alaihi Wasallama nabiyyii.

(Murid-murid mulai cekikian. Kyai Sahal menunduk, membolak-balik buku pegangan yang ada diatas meja).

Gus Mu'adz       : Maa diinuka?

Anaknya Modin : Al Islaamu diinii.

Gus Mu'adz        : Maa qiblatuka?

Kyai Sahal tiba-tiba beranjak dari kursi, lalu melangkah cepat keluar kelas tanpa sepatah kata!

Murid-murid ribut. Dimulai dengan pecahnya tawa tak terkendali, lalu segera berubah tudingan mempersalahkan Gus Mu'adz dan pasangannya yang tampaknya telah membuat Kyai Sahal marah sekali.

"Aku 'kan cuma melaksanakan tugas", Gus Mu'adz membela diri, "katanya percakapan bebas… Itu tadi aku pilih jadi Munkar-Nakir, lha anak ini jadi mayitnya… bapaknya kan sudah biasa nalqin…"
________________________

Ditulis oleh KH. Yahya Cholil Staquf
Di repost oleh : Santri Ngabdi

SEMOGA YANG NGE_LIKE DI BERI RIZQINYA LANCAR OLEH ALLAH..

PERNYATAAN BERSAMA NU & MUHAMMADIYAH

*PERNYATAAN BERSAMA PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA DAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH*

Rasa syukur selalu kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah senantiasa menjaga sekaligus melindungi bangsa Indonesia. Atas berkah kasih sayang dan rahmat-Nya semata kita semua, seluruh komponen bangsa Indonesia, masih bisa saling merasakan kedamaian hidup di Bumi Pertiwi tercinta kita: Indonesia. Sholawat serta salam selalu kita haturkan ke hadirat Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa membimbing dan memberikan teladan bagi kita semua.

Kami Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah) sebagai bagian dari organisasi umat beragama hari ini berkumpul tidak lain memiliki maksud dan tujuan untuk melakukan tiga hal: Pertama, terus menerus menyerukan saling tolong menolong melalui sedekah dan derma. Kedua, menegakkan kebaikan. Ketiga, mengupayakan rekonsilisasi atau perdamaian kemanusiaan.

Parameter dan ukuran sehatnya sebuah bangsa dan negara salah satunya bisa dilihat dari tegak dan kokohnya tali persaudaraan kebangsaan, ekonomi yang tumbuh merata, akses pendidikan yang mudah, terbukanya ruang-ruang dalam menyampaikan pendapat, serta tegaknya hukum sebagai instrumen untuk meraih keadilan. Bangsa yang kuat dan sehat juga tercermin dari semakin berkualitas dan berdayanya masyarakat sipil. Berkaitan dengan hal tersebut, PBNU dan PP Muhammadiyah menegaskan:

Pertama, NU dan Muhammadiyah akan senantiasa mengawal dan mengokohkan konsensus para pendiri bangsa bahwa Pancasila dan NKRI adalah bentuk final dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia adalah Negara yang memiliki keanekaragaman etnis suku, golongan, agama yang tetap harus dijaga dalam bingkai perstuan dan kesatuan bangsa.

Kedua, NU dan Muhammadiyah secara pro aktif terus melakukan ikhtiar-ikhtiar bagi peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup warga terutama mengembangkan pendidikan karakter yang mengedepankan akhlakul karimah di semua tingkatan atau jenjang pendidikan serta penguatan basis-basis ekonomi keumatan dan juga peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Ketiga, NU dan Muhammadiyah menyeru kepada pemerintah agar bersungguh-sungguh dalam upaya mengurangi angka kemiskinan dan mengurangi angka pengaguran serta melakukan upaya-upaya yang terukur agar kesenjangan ekonomi dan sosial segera teratasi dengan baik.

Keempat, mengimbau kepada seluruh warga NU dan Muhammadiyah agar bersama-sama membangun iklim yang kondusif, suasana yang kondusif dalam kehiduapan kemasyarakatan dan keberagamaan di tengah era sosial media yang membutuhkan kehatian-hatian yang lebih. Mengingat bertebarannya pelbagai macam informasi hoaks, ujaran kebencian dan fitnah yang berpotensi mengganggu keutuhan bangsa. NU dan Muhammadiyah berkomitmen untuk menghadirkan narasi yang mencerahkan melalui ikhtiar-ikhtiar dalam bentuk penguatan dan peningkatan literasi digital sehingga terwujud masyarakat informatif yang berkahlakul karimah.

Kelima, memasuki tahun 2018, di mana kita akan menghadapi apa yang diistilahkan sebagai tahun politik maka marilah kita bersama-sama menjadikan ajang demokrasi sebagai bagian dari cara kita sebagai bangsa untuk melakukan perubahan-perubahan yang berarti bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hendaknya dalam demokrasi perbedaan jangan sampai menjadi sumber perpecahan. Perbedaan harus dijadikan sebagai rahmat yang menopang harmoni kehidupan yang beranekaragam. Karena demokrasi tidak sekedar membutuhkan kerelaan hati menerima adanya perbedaan pendapat dan perbedaan pikiran, namun demokrasi juga membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan cinta kasih antar sesama.

Jakarta, 23 Maret 2018/5 Rajab 1439 H


والسّــــــــــــلام عليكم ورحمة الله وبركاته




*Prof. Dr. KH. Said Aqil  Siroj, MA. ​​​ dan Dr. H. Haedar Nashir*

(Ketua Umum PBNU ​​​​​Ketua Umum PP Muhammadiyah)

Jumat, 23 Maret 2018

*HADIS-HADIS PALSU LAINNYA TENTANG BULAN RAJAB*


1. Hadis tentang bulan Rajabnya.
إِنَّ رَجَب شَهْرُ اللهِ، وَشَعْبَانَ شَهْرِيْ، وَرَمَضَانَ شَهْرَ أُمَّتِي.

Sesungguhnya Rajab itu bulannya Allah, dan Sya’ban itu bulanku, dan Ramadhan itu bulan ummatku.
Takhrij Hadis: Hadis ini adalah potongan daripada Hadis panjang yang diriwayatkan oleh Ibn al-Jawzi dalam kitab al-Maudu’at dari  Muh.ammad ibn Nasir al-Hafiz dari Abu al-Qasim ibn Mandah dari Abu al-Hasan Ali ibn Abdullah ibn Jahdam dari Ali ibn Muhammad ibn Sa’ida al-Basri dari bapaknya dari Khalaf ibn Abdullah dari Humaid al-Tawil dari Anas. (Lihat Ibn al-Jawzi, dikitab al-Maudu’at, jil. 2, hlm. 125.).
*Hukum Hadis: Maudu’/Palsu.*
Dalam sanad Hadis ini terdapat Ali ibn Abdullah ibn Jahdam al-Suda’i yang lebih dikenal dengan nama Ibn Jahdam, dia dituduh pendusta.
Sedangkan beberapa perawi lainnya dalam sanad ini tidak dikenali, bahkan beberapa ulama Hadis mengatakan bahwa barangkali mereka belum lagi dilahirkan (لعلهم لم يخلقوا). Hadis ini telah dihukumkan palsu oleh Ibn  al-Jawzi, Ibn Qayyim, Ibn Hajar, al-Suyuti dan lain-lain. (Lihat Ibn Qayyim, dikitab al-Manar al-munif, hlm. 95-96, taua Ibn H.ajar, dikitab Tabyin al-‘ajab, hlm. 19-21, atau al-Suyuti, dikitab al-La’ali’, jil. 2, hlm. 55-56.)
2. Hadis keutamaan bersolawat di bulan rajab.
رأيتُ لَيـْلَة  َالمِعْرَاجِ نَهْرّا مَاءُهُ أَحْلَى مِنْ العَسَلِ، وَأَبرَدَ مِنْ الثلجِ،  وأَطْيَبَ مِنْ المِسْكِ. فَقُلْتُ لِمَنْ هَذَا يَاجِبْرِيلَ ؟

 قَالَ: لِمَنْ صَلىَّ عَلَيْكَ فيِ رَجَبَ.

Saya melihat pada malam mi’raj sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih dingin dari salju, lebih harum daripada misk. Aku pun bertanya kepada Jibril: Untuk sipakah ini? Jibril menjawab: Buat mereka yang bershalawat kepadamu pada bulan Rajab.
 Takhtij Hadis: Hadis ini belum ditemukan perawinya. Al-Kubawi yang menyebutkannya dalam kitab Durratu al-Nasihin menukilnya dari kitab Zubdat alwa’izin. ( Lihat al-Khubawi, dikitab Durrat al-wa’izin, hlm. 45.)
*Hukum Hadis: Maudu’/Palsu.*
Meskipun belum ditemukan perawi Hadis ini, namun al-Sakhawi berkata “ وأما الصلاة عليه في رجب فلا يصح فيها شيئ ”. Maksudnya: Tidak ada satu Hadis pun mengenai selawat kepada Nabi (s.a.w) di bulan Rajab yang sahih. (Lihat al-Sakhawi, dikitab al-Qawl al-badi’, hlm 298.)
 Berdasarkan kaidah inilah Hadis ini dihukumkan palsu.
3. Hadis keutamaan solat di malam di bulan rajab.
َمنْ أَحْيَا أول لَيلْةٍَ  مِنْ رَجَب لم يمتْ قَلبْهُ إذا ماتتْ القلوب، وَصَبَّ اللهُ الخيرَ مِنْ فوق رَأسِهِ صَـبًا، وخَرَجَ  مِنْ ذُنوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتهُ أمُّهُ، وَيشفَعَ لِسَبعِينَ ألفًا مِنْ أهلِ الخَطَايَا  قَدْ اسْتَوْجَبُوا النارَ.

Barangsiapa yang menghidupkan (dengan ibadah) malam pertama di bulan Rajab, maka hatinya tidak akan mati ketika hati-hati mati. Allah akan taburkan kebaikan dari atas kepalanya, dan dia akan keluar dari dosa-dosanya bagaikan baru dilahirkan dari rahim ibunya, dan dia akan diberikan hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh ribu orang-orang yang berdosa yang sudah harus masuk neraka.
Takhrij Hadis: Hadis ini tidak temukan perawinya, termasuk dalam dua kitab khas mengenai Hadis-hadis tentang bulan Rajab yang dikarang oleh Ibn Hajar dan Ali al-Qari.
*Hukum Hadis: Maudu’/Palsu.*
Meskipun belum menemukan perawi Hadis ini, namun ia dapat dihukumkan sebagai Hadis palsu berdasarkan kaidah yang diberikan oleh Ibn Hajar ketika beliau berkata:
” لم يرد في فضل شهر رجب، ولا في صيامه، ولا في صيام شيئ منه، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه، حديث صحيح يصلح للحجة، وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل الهروي الحافظ “. ثم قال ” وأما الأحاديث الواردة في فضل رجب أو فضل صيامه أو صيام  شيئ منه صريحة  فهي على قسـمين:                                                                                    ضعيفة وموضوعة “.

Maksudnya:
_Tidak terdapat Hadis mengenai keutamaan bulan Rajab, berpuasa di dalamnya, berpuasa  pada  hari-hari tertentu di dalamnya, dan beribadah di malam-malam  hari tertentu  pada bulan itu, Hadis yang sahih yang dapat dijadikan hujah/dalil. Al-imam al-Hafiz Abu Isma’il al-Harawi telah mendahului saya memastikan hal ini. Kemudian beliau berkata pula: Mengenai Hadis-hadis yang ada tentang keutamaan Rajab, puasanya atau puasa pada hari-hari tertentu di dalamnya yang jelas-jelasan menyebutkan hal tersebut, ia terbagi menjadi dua jenis: da’if  dan palsu._ (lihat Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-Asqallani, dikitabTabyin al-‘ajab bima wurida fi fadl Rejab, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Bayrut, 1988, hlm. 11 dan 14.)
4. Sungai disurga bernama sungai rajab.
إِنَّ فيِ الجَنّةِ  نَهْرًا يُقَالُ لَهُ رَجَب أَشَدّ بَيَاضًا مِنْ اللبنِ وَأَحْلَى مِنْ العَسَلِ، مَنْ صَامَ يَومًا مِنْ رَجَب سَقَاهُ اللهُ

 ِمنْ ذلِكَ النَهَارِ.

Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, dinamakan sungai Rajab. Airnya lebih putih dari pada susu, lebih manis dari pada madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab, Allah akan memberikannya minum dari sungai itu.
Takhrij Hadis: Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam al-Majruhin dan al-Bayhaqi dalam Fada’il al-awqat dan al-Shayrazi dalam al-Alqab seperti diisyaratkan oleh al-Suyuti. Kesemuanya dari riwayat Anas. (Ibn Hibban, dikitab al-Majruhin, jil. 2, hlm. 238, atau  al-Bayhaqi, dikitab Fada’il al-awqat, hlm. 90-91, atau al-Suyuti, dikitab al-Jami’ al-saghir,  jil. 1, hlm. 312. Atau al-Munawi, dikitab Fayd al-Qadir, jil. 2. hlm. 470.)
Al-Khubawi mengisyaratkan bahwa Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.( al-Khubawi, dikitab Durrat al-nasihin, hlm. 46.)
 Tetapi isyarat ini adalah salah sebab al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkan Hadis ini dan tidak ada seorang ulama Hadis pun yang mengisyaratkan ke arah itu, apa lagi Hadis ini adalah amat da’if, bahkan beberapa ulama menghukumkannya palsu. Jadi tidak mungkin keduanya meriwayatkan Hadis ini.
*Hukum Hadis: Da’if.*
Hadis ini telah dihukumkan palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jawzi, al-Dhahabi dan Ibn Hajar dalam Lisan al-mizan. Sebabnya adalah di dalam sanad Hadis ini terdapat perawi pendusta, iaitu Mans.u-r b. Yazid. Ibn al-Jawzi mengatakan bahwa dalam sanadnya banyak yang tidak diketahui (فيه مجاهيل). ( lihat Ibn al-Jawzi, dikitab  ‘Ilal al-mutanahiyah, jil. 2, hlm. 65; atau al-Dzahabi, dikitab Mizan al-I’tidal, jil . 4  hlm. 189; atau Ibn Hajar, dikitab Lisan al-mizan, jil. 3. hlm. 348.)
_Oleh karena itu apabila menemukan wa /sms yg bunyinya spt ini harap di lupakan saja krn hampir semuanya yg berbicara keutamaan rajab rata2 hadis daif dan palsu_

Wallahu a'lam...
Semoga bermanfaat.
*PUASA SUNNAH DI BULAN RAJAB, ADAKAH?*

*Oleh : KH. M. Shiddiq Al Jawi*

*Tanya :*
Ustadz, mohon dijelaskan tentang puasa sunnah di bulan Rajab. Adakah dalilnya? (M. Qibtiyah, Depok)

*Jawab :*

Para ulama berbeda pendapat mengenai puasa sunnah pada bulan-bulan haram (Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab) dalam tiga versi;

*Pertama,* menurut ulama Malikiyah dan Syafi’iyah, disunnahkan berpuasa pada seluruh bulan haram.

*Kedua,* ulama Hanabilah hanya mensunnahkan puasa bulan Muharram saja, berdasarkan sabda Nabi SAW,”Shalat paling utama setelah shalat wajib adalah shalat lail, sedang puasa paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa bulan Muharram.” (HR Muslim).

*Ketiga,* ulama Hanafiyah berpendapat yang disunnahkan dari bulan-bulan haram hanya tiga hari pada masing-masing bulan haram, yaitu Kamis, Jum’at, dan Sabtu. (Wahbah Zuhaili, _Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu,_ 2/590; Abdurrahman Jaziri, _Al Fiqh Ala Al Madzahib Al Arba’ah,_ 1/378; _Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah,_ 28/81; Yusuf Qaradhawi, _Fiqh As Shiyam,_ hlm. 125 & 141).

Menurut kami, pendapat yang rajih (lebih kuat) adalah pendapat pertama yang mensunnahkan puasa pada seluruh bulan haram, berdasarkan dalil umum yang ada dalam masalah ini. (Imam Nawawi, _Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab,_ 6/386; Imam Syaukani, _Nailul Authar,_ hlm. 880; Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, _Al Jami’ li Ahkam As Shiyam,_ hlm. 152).

Dalilnya hadis dari Abu Mujibah Al Bahiliyah RA, dari ayahnya atau pamannya,”Aku pernah mendatangi Nabi SAW lalu berkata,’Wahai Nabi Allah, saya laki-laki yang pernah datang kepadamu pada tahun awal [hijrah].’ Nabi SAW  berkata,”Lalu mengapa tubuhmu jadi kurus?” Dia menjawab,”Aku tak makan di siang hari, aku hanya makan di malam hari.” Nabi SAW bertanya,”Siapa yang menyuruhmu menyiksa dirimu?” Aku menjawab,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini kuat.” Nabi SAW berkata,”Berpuasalah pada bulan sabar (Ramadhan), dan satu hari setelah Ramadhan.” Aku berkata,”Aku masih kuat.” Nabi SAW berkata,”Berpuasalah pada bulan sabar, dan dua hari setelah Ramadhan.” Aku berkata,”Aku masih kuat.” Nabi SAW berkata,”Berpuasalah pada bulan sabar, dan tiga hari setelah Ramadhan, dan berpuasalah pada bulan-bulan haram.” (HR Ibnu Majah no 1741; Abu Dawud no 2428, Ahmad no 20589).

Imam Syaukani menerangkan,”Dalam hadis ini terdapat dalil pensyariatan puasa pada bulan-bulan haram.” (Imam Syaukani, _Nailul Authar,_ hlm. 881).

Sebagian ulama seperti Nashiruddin Al Albani dalam _Dha’if Abu Dawud_ menganggap lemah hadis di atas, karena terdapat ketidakpastian siapa nama periwayat hadis dari kabilah Al Bahilah itu.

Namun Imam Syaukani tetap menguatkan hadis tersebut, dengan menukil pendapat Imam Mundziri yang menyatakan perselisihan nama shahabat semacam itu tak membuat cacat suatu hadis. (Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 881; _Wablul Ghamam Ala Syifa` Al Awam,_ 1/514).

Adapun dalil-dalil khusus yang mensyariatkan puasa di bulan Rajab, menurut para ulama hadis-hadisnya memang lemah (dhaif). Imam Syaukani meriwayatkan dari Ibnu Subki, dari Muhammad bin Manshur As Sam’ani yang berkata,”Tak ada dalil hadis yang kuat yang mensunnahkan puasa bulan Rajab secara khusus. Hadis-hadis yang diriwayatkan dalam masalah ini berstatus wahiyah (sangat lemah) yang tak menggembirakan ulama.” (Imam  Syaukani, _Nailul Authar,_ hlm. 881).

Imam Syaukani mengatakan meski tak ada dalil khusus yang layak menjadi dasar puasa di bulan Rajab, namun dalil umum tentang anjuran puasa bulan-bulan haram tetap dapat diamalkan.

Jadi, puasa di bulan Rajab hukumnya tetap sunnah, hanya saja sebaiknya tak berpuasa sebulan penuh, mengingat hadis Nabi SAW,”Berpuasalah kamu pada bulan-bulan haram dan berbukalah (diucapkan tiga kali), Nabi SAW lalu memberi isyarat dengan tiga jarinya, menghimpun tiga jari itu lalu menguraikannya.” (HR Abu Dawud, no 2428). (Imam Syaukani, _Nailul Authar,_ hlm. 880). Wallahu a’lam.

 https://konsultasi.wordpress.com/2012/05/24/puasa-sunnah-di-bulan-rajab-adakah/